Arsip untuk September 21st, 2010

Kemana Dana Untuk Pramuka

Sebuah usikan yang muncul akibat curhat rekan rekan ubaloka kota semarang yang tidak lagi di fasilitasi dalam kegiatannya

Sebuah tanya yang muncul dari ironi yang terungkap saat bersilaturahmi kepada pendiri ubaloka . . .

Sudah sering saya bermain dan berbagi pikiran dengan rekan rekan pramuka khususnya dengan unit bantu Pertolongan Pramuka (UBALOKA) Kota Semarang. Saya sering mendengar cerita cerita tentang bagaimana awal mereka berkecimpung, merencanakan , melakukan , dan mengevaluasi kegiatan. Sepertinya kegiatan mereka dimasa terdahulu begitu indah dan menyenangkan berbanding terbaling dengan saat ini.

Betapa tidak dulu Ubaloka yang dibentuk untuk kegiatan bakti masyaakat memiliki fasilitas dan kemudahan dalam pemenuhan sumber daya maupun sumber dana penunjang ketrampilan dan keahlian anggotanya. Dulu ubaloka kota semarang pernah memiliki satu set perlengkapan mountaineering lengkap yang mampu mengakomodir latihan anggota aktifnya yang mencapai jumlah puluhan. Berpartisipasi aktif dalam tanggap bencana, mengikuti berbagai event pramuka sebagaimana tugas utamanya sebagai unit bantu dan berbagai kegiatan latihan yang edukatif, kreatif dan rekreatif, menjadikannya ajang yang menarik bagi pengembangan mental, moral dan ketrampilan pemuda.

Saat ini yang saya hadapi adalah sebuah ironi, di saat pramuka Kota Semarang mendapat kucuran dana 750 jt dari APBD kegiatan pramuka yang seharusnya dilaksanakan tidak tercium dan terkesan sepi-sepi saja. Berbeda dengan tahun 2008 keatas yang mana kota semarang sering berpartisipasi dan meraih juara di beberapa perlombaan pramuka. Dimana dana yang sebesar itu bermuara?

Saya ambil satu fakta yang begitu memalukan (menyakitkan juga bisa dikatakan seperti itu), ubaloka Kota Semarang hanya memiliki dua tali karmentel (tali panjat gunung) yang keadaannya sudah retas dan tidak dapat digunakan lagi karena sangat tidak memenuhi standart keamanan. Memiliki enam pasang fragment of eight dan karabinernya, dan hanya memiliki dua buah webing (tali jiwa), satu set ascender dan descender, tiga tali prusik, dan tidak memiliki sama sekali perlengkapan penyelamatan di air, aneh bukan dengan alat yang seperti itu apa mugkin Ubaloka mampu menciptakan kader yang trapil dalam penyelamatan dan SAR seperti tugas yang diamanahkan oleh para pendirinya?

Lebaran 1431 kemarin, saya berkuncung ke seorang sahabat dan berbincang dengan Sang Ayah yang tak lain adalah Kak Daud Budiyatno, salah satu pendiri Ubaloka, saya sempat berbincang dengan beliau tentang beberapa hal namun perbincangan kami terkerucut pada keadaan Ubaloka Kota Semarang. Saya memang bukan anggota Ubaloka namun karena saya sering berkumpul dan berkegiatan bersama para anggota ubaloka saya tahu beberapa hal dan hal yang saya tulis diatas adalah yang saya paparkan. Beliau (kak Daud) tersirat dalam perbincangannya akan suatu keinginan untuk mampu mengubah keadaan Kwartir Cabang Kota Semarang. Belia memiliki kesan yang kurang baik (ini menurut penafsiran saya pribadi) terhadap tokoh-tokoh pengambil keputusan, hal ini dikarenakan timbal balik yang muncul dari diberikannya dana yang cukup besar dari APBD untuk Gerakan Pramuka tidak sesuai

Semoga Allah Pemilik Alam yang meluruskan ini semua, menyadarkan orang orang yang telah hilang kepekaannya, membangkitkan lagi idealismenya dan mengabulkan segala doa dan harapan agar pramuka kembali benar benar menjadi sarana pendidikan mental dan moral generasi bangsa.